Translate

Kamis, 26 Agustus 2010

Pilihan...

Hidup itu untuk memilih.
Bahkan hidup itu sendiri
sebuah pilihan.
Mungkin golongan Qadariyah
adalah orang-orang yang
paling cocok dengan
ungkapan demikian. Bagi
mereka, manusia dengan
kekuatan akalnya diberikan
kebebasan untuk
memutuskan sebuah pilihan.
Untuk itulah pahala
diberikan, siksa ditimpakan,
syurga dan neraka
diciptakan. Semua bersandar
pada pilihan apa yang diambil
seseorang dalam setiap
masalah.
Sebuah pilihan akan semakin
sulit seiring dengan tingkat
konsekuensi yang akan
diterima sesuai pilihan yang
diambil. Memilih baju di
sebuah toko tentu tidak
sebanding dengan memilih
seorang pasangan hidup
berumah tangga. Memilih
menghajar seorang pelaku
kriminal yang tertangkap
tangan tentu tidak sama
dengan memilih menghajar
musuh di sebuah medan
peperangan.
Di sisi lain, manusia sendiri
diberikan naluri untuk
mempertahankan diri
(gharizatul baqa ’). Manusia
cenderung lebih memilih
hidup lebih lama di dunia ini
daripada terlalu cepat mati.
Lebih mencintai dunia dan
takut untuk mati. Oleh
karena itu, kesulitan
tertinggi dalam memilih
adalah ketika pilihan itu
berujung pada konsekuensi
dilepaskannya dunia di
genggamannya dan
disongsongnya pintu
kematian.
Di titik inilah ujian keimanan
mencapai puncaknya. Dan
ekspedisi militer ke Tabuk
memberikan buktinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar